Halo Sobat ! | Members area : Register | Sign in
About me | SiteMap
Diberdayakan oleh Blogger.

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Powered by FeedBurner

Subscribe to Anak Kampung by Email

BATUAN DAN STRATIGRAFI

Selasa, 16 Juni 2015


Batuan adalah material padat yang terdiri dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk secara alami. Umumnya batuan bersifat heterogen (terbentuk dari beberapa tipe/jenis mineral), dan hanya beberapa yang homogen (disusun oleh satu mineral atau monomineral). Tekstur dari batuan akan memperlihatkan karakteristik komponen penyusunnya, sedangkan struktur batuan akan memperlihatkan proses pembentukannya (dekat atau jauh dari permukaan).

Berdasarkan tekstur dan cara pembentukannya, batuan dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Batuan Beku
2. Batuan Sedimen
3. Batuan Metamorf





1. Batuan Beku
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).


  • Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Genetik
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai berikut :




  • Batuan Beku Intrusif batuan ini terbentuk di bawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik tertentu seperti : pendinginannya sangat lambat (dapat sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.
  • Batuan beku diskordan terjadi jika struktur tubuh batuan beku memotong lapisan batuan di sekitarnya, contohnya antara lain :
  • Batholith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran sangat besar > 100 km2 dan membeku pada lokasi yang dalam.
  • Stock, seperti batholith, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholith, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh batholith atau bagian atas batholith.
  • Dike, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya. 
  • Volkanic neck, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan beku yang akan terlihat bentuknya silindris dan menonjol dibandingkan topografi sekitarnya. 
  • Batuan beku konkordan mempunyai bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya, contohnya antara lain : 
  1. Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar. 
  2. Laccolith, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan sill. Akibat proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapat tersingkap di permukaan.

Lopolith, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya cekung ke atas.


Genesa Batuan Beku

Batuan Beku Ekstrusif Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya :

Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
Sheeting joint, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample)

Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini akibat proses pembekuan terjadi pada lingkungan air atau laut.
Vesicular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral-mineral sekunder biasanya mineral silikat dan karbonat seperti kalsit, kuarsa atau zeolit.
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran.


Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti SiO2. Persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral. Berdasarkan komposisi kimia atau kandungan silika (SiO2) batuan beku dikelompokkan menjadi 4 yaitu :


  • Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah granit dan riolit.
  • Batuan beku intermedier, apabila kandungan SiO2 antara 52% - 66%. Contohnya adalah andesit dan diorit.
  • Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% - 52%. Contohnya adalah gabro dan basalt.
  • Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya adalah peridotit dan dunit.

Pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.




Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi

Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral dipadukan dengan tekstur. Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur lebih dapat mencerminkan sejarah pembentukan batuan daripada berdasarkan komposisi kimia. Tekstur batuan beku mengambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan batuan itu sendiri.



Mineralogi Batuan Beku



Pada gambar diatas diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan, berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau fanerik, karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfer. Kalau dia membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang terjadi adalah basalt dengan tekstur halus.

Jadi gabro dan basalt keduanya mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula dengan granit dan riolit atau diorit dan andesit. Granit dan diorit mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan riolit dan andesit, halus. Basalt dan andesit adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung berapi, sebagai hasil pembekuan lava.







2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (Pettijohn, 1995).


Batuan sedimen terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi) yang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa. Jenis batuan umum seperti batu gamping, batu pasir, dan batu lempung, termasuk dalam batuan sedimen. Batuan sedimen menempati 75% dari luas bumi. Berdasarkan teksturnya dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.


Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil perombakan dari batuan yang sudah ada. Proses perombakan itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.


Proses Pembentukan Batuan Sedimen Klastik
Proses pembentukan batuan sedimen klastik melalui tahapan sebagai berikut :
Weathering (pelapukan), adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan biologi.
Erosion & Transportation (erosi dan transportasi), adalah proses perpindahan partikel batuan (butiran-butiran) dari sumbernya dengan media air, angin, atau gletser.

  • Deposition (deposisi), adalah proses pengendapan butir-butir batuan di permukaan bumi sehingga membentuk lapisan sedimen
  • Compaction (kompaksi), adalah proses termampatnya butir sedimen satu dengan yang lain akibat tekanan dari berat beban di atasnya. Volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir menjadi lebih rapat.
  • Lithification (litifikasi), adalah proses pembatuan atau sementasi lapisan material sedimen sehingga membentuk batuan sedimen
  • Diagenesis (diagenesa), adalah proses perubahan material sedimen yang belum terkonsolidasi menjadi batuan sedimen yang koheren



Siklus Pembentukan Batuan



Tekstur Batuan Sedimen Klastik
Tekstur adalah hubungan antar butir dari mineral yang membentuk suatu batuan. Tekstur terdiri dari komponen ukuran besar butir (grain size), derajat kebundaran (roundness), derajat pemilahan (sorting), kemas (fabric), fragmen, matrik, dan semen.


1. Ukuran Besar Butir

Ukuran besar butir (partikel, butir, fragmen), adalah faktor pembeda yang utama pada batuan sedimen klastik
Ukuran yang dimaksud adalah diameter dari butir-butir batuan


Ukuran Besar Butir

2. Derajat Kebundaran


Derajat kebundaran berbeda dengan derajat kebulatan
Derajat kebundaran (roundness) adalah derajat kebundaran bagian pinggiran dari fragmen
Derajat kebulatan (sphericity) adalah derajat kemiripan bentuk fragmen dengan bentuk bola
Roundness vs Spericity


3. Derajat Pemilahan

Pemilahan adalah derajat kesamaan ukuran partikel
Pemilahan



4. Kemas

Kemas menunjukkan hubungan kerapatan antara butiran penyusun dalam batuan sedimen
Kemas Terbuka dan Kemas Tertutup



5. Fragmen, matrik, dan semen

Semen yang umumnya ditemukan pada batuan sedimen adalah kalsit, hematit, dan silika.
Sand = Fragmen; Silt = Matrik; Clay = Semen




Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan kombinasi di antara keduanya (biokimia).


Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 --> CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi laut.


Berdasarkan komposisinya batuan sedimen non klastik dibagi 2, yaitu :

Batuan Karbonat, komposisi utama batuan ini adalah batu gamping dan batuan serumpun lainnya.
Batuan Non Karbonat, antara lain adalah :

  • Batu api (flint) dan rijang (chert), berbentuk nodular atau terbungkus silika
  • Batu bara (coal) dan lignit, pembatuan dari material gambut dan tanaman
  • Bijih besi (ironstone), batu sedimen yang kaya zat besi, pasir, lempung atau tekstur oolite lainnya
  • Batu garam (salt) dan gipsum, batuan mineral tunggal atau kristalin yang diendapkan dari hasil evaporasi air laut




3. Batuan Metamorf
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah kelompok batuan hasil ubahan atau transformasi baik secara fisik maupun kimia dari tipe batuan lain yang sudah ada (protolith). Protolith atau batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, atau batuan metamorf yang lebih tua. Faktor yang mempengaruhi perubahannya adalah suhu yang tinggi, tekanan yang kuat, serta waktu yang lama.


Contoh batuan asal dan hasil ubahannya antara lain adalah batu kapur (kalsit) yang berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit. Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut :
  • Komposisi mineral batuan asal
  • Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
  • Pengaruh gaya tektonik
  • Pengaruh fluida
  • Batuan metamorf berdasarkan proses terjadinya dibagi menjadi 3, yaitu :
Batuan Metamorf Kontak, adalah batuan yang mengalami perubahan akibat suhu yang sangat tinggi (akibat dari aktifitas magma). Suhu yang sangat tinggi menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Metamorfisme kontak terjadi pada zona kontak antara batuan asal dengan magma (intrusi) dengan lebar 2 - 3 km. Contoh metamorfisme kontak adalah batu gamping menjadi marmer.

Batuan Metamorf Dinamik, adalah batuan yang mengalami perubahan akibat adanya tekanan yang tinggi (berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Batuan ini banyak dijumpai di daerah lipatan dan patahan. Metamorfisme terjadi akibat tekanan diferensial yang tinggi akibat pergerakan patahan. Contoh metamorfisme dinamik adalah batu lumpur (mudstone) menjadi batu tulis (slate).
Batuan Metamorf Regional, adalah batuan yang mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya gas-gas yang ada pada magma. Metamorfisme terjadi oleh kenaikan tekanan dan suhu yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas mencapai ribuan km. Metamorfisme ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan lebih intensif bila diikuti oleh orogenesa. Contoh metamorfisme ini adalah kuarsa dengan gas fluorium menjadi topas.

Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut masalah rekristalisasi mineral yang dipengaruhi temperatur atau suhu yang terjadi pada saat metamorfosis. Tekstur pada batuan metamorf dicerminkan oleh ukuran dan bentuk butiran penyusunnya. Tekstur batuan metamorf dibedakan menjadi :
  • Tekstur Kristaloblastik, dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru.
  • Tekstur Palimpset, dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih bisa diamati.Macam-macam tekstur kristaloblastik .
  1. Lepidoblastik, terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misal mineral mika (muskovit, biotit).
  2. Nematoblastik, terdiri dari mineral-mineral prismatik, misal mineral plagioklas, k-feldspar, dan piroksen.
  3. Granoblastik, terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas-batas sutura (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa.
  4. Porfiroblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam pada masa dasar yang relatif halus.
  5. Idioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
  6. Xenoblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk anhedral.
Macam-macam tekstur palimpset :
  1. Blastoporfiritik, tektur yang memperlihatkan batuan asal porfiritik
  2. Blastopsefit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir
  3. Blastopsamit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya sama dengan pasir
  4. Blastopellit, tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran butirnya lempung

Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Struktur batuan juga meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan bagian-bagian tersebut. Secara umum struktur batuan metamorf dibedakan menjadi 2, yaitu :
  1. Struktur Foliasi, struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/mineral prismatik, sering terjadi pada metamorfosa regional.
  2. Struktur Non Foliasi, struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, sering terjadi pada metamorfosa kontak.
Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan :
  • Slaty cleavage, struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebutslate (batusabak)
  • Phylitic, rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut phyllite (filit)
  • Schistose, struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist (sekis)
  • Gneisose, struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneis
Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan :
  • Granulose, struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular
  • Hornfelsik, struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi khusus akibat metomorfosa kontak, batuannya disebut hornfels
  • Cataclastic, struktur non foliasi yangdibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit)
  • Mylonitic, sruktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanikpada metomorfosa kataklastik, menunjukkan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit)
  • Phyllonitic, gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukkan kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit)

FORMASI BATUAN ALAMI DI DUNIA

Jumat, 12 Juni 2015

Formasi batuan terbentuk karena kontak batuan dengan elemen-elemen seperti panas, angin, hujan, dan erosi. Formasi batuan alam yang luar biasa dalam daftar ini terbentuk perlahan-lahan selama jutaan tahun. Berikut 10 formasi batuan alam yang paling luar biasa di dunia.



1. Tsingy de Bemaraha



Terletak di dekat pantai di bagian barat Madagaskar, Tsingy de Bemaraha adalah lanskap batuan kapur dengan puncak-puncaknya yang tajam yang disebut dengan tsingy. Ngarai dari sungai Manambolo yang mengalir melalui tsingy menciptakan pemandangan yang beragam. Hutan tidak terjamah, danau dan rawa-rawa mangrove dari taman nasional disini menjadi habitat bagi lemur langka dan burung-burung yang terancam punah.


2. Shilin



Shilin, yang berarti "Hutan Batu" dalam bahasa China, adalah formasi batuan karst yang terletak di barat daya Cina. Tonjolan batu ini mirip dengan stalagmit yang ada di sebuah gua. Batu-batu ini dianggap telah terbentuk sejak 270 juta tahun yang lalu. Dimana dulunya daerah ini adalah dasar laut dan aliran air menciptakan bentuk-bentuk batuan seperti ini. "Hutan Batu" ini menerima lebih dari 2 juta pengunjung setiap tahunnya.


3. White Desert



Terletak sekitar 45 km sebelah utara dari oasis Farafra di Gurun Barat di Mesir, White Desert terbentuk dari kapur yang anehnya berbeda dengan kapur berwarna coklat kekuningan dari gurun di sekitarnya. Bahan kapur yang lembut, dengan kikisan angin telah diubah menjadi bentuk-bentuk yang menakjubkan. Beberapa bahkan ada yang menyerupai marshmallow, unta, dan jamur.


4. Bryce Canyon National Park



Meskipun dinamakan Canyon atau ngarai, Bryce Canyon National Park sebenarnya bukanlah sebuah ngarai, melainkan serangkaian amphitheater raksasa yang dipenuhi dengan puncak yang berwarna-warni. Formasi batuan alami ini disebabkan oleh erosi angin dan air pada batuan kapur. Puncak-puncaknya yang juga dikenal sebagai "hoodoos" dapat setinggi hingga 61 meter. Selain itu, Bryce Canyon juga memiliki kualitas udara yang baik dan dapat dilihat dari jarak hingga sekitar 300 kilometer.


5. Bungle Bungle Range



Bungle Bungle Range terletak di Purnululu National Park di Australia Barat. Barisan batuan ini memiliki ketinggian hingga 578 meter di atas permukaan laut dan terdiri dari kubah batu pasir yang bergaris-garis khas dengan corak oranye dan abu-abu. Perbedaan corak ini terjadi karena perbedaan kandungan tanah dan porositas dari lapisan batu pasir. Corak warna oranye berasal dari lapisan tipis oksida besi sedangkan corak abu-abu berasal dari cyanobacteria yang tumbuh pada lapisan dimana ada kelembaban yang terakumulasi.


6. The Giant Causeway



Terletak di pantai di timur laut Irlandia, The Giant Causeway adalah formasi batuan spektakuler yang terdiri dari kolom basal yang terbentuk sejak 50 sampai 60 juta tahun yang lalu. Karena aktivitas vulkanik mendorong batuan basal melalui kapur, kolom terbentuk dalam arah yang vertikal. Ketika mendingin, kolom-kolom ini retak dan membentuk bentuk yang heksagonal. Kolom-kolom ini dapat setinggi hingga 12 meter. Selain itu, banyak dari kolom ini telah terkikis hingga hanya puncaknya yang terlihat. Hal ini menciptakan sejenis jalan batu alami yang rumit, sedemikian rincinya sehingga tampak seolah-olah ada batu tukang batu yang meletakkannya.


7. Arches National Park



Karya seni alam lainnya dapat ditemukan di Utah, tepatnya di Taman Nasional Arches yang terkenal karena formasi lengkungan batu alaminya. Deposit endapan garam dari lautan yang telah surut 300 juta tahun yang lalu, yang kemudian terkikis oleh hujan dan angin akhirnya membentuk lebih dari 2000 lengkungan batu alami yang dapat ditemukan di taman nasional ini.


8. Chocolate Hills



Chocolate Hills adalah formasi geologi yang tidak biasa yang terdiri dari setidaknya 1.268 gundukan yang tersebar di seluruh pulau Bohol di Filipina. Formasi geologi ini memiliki bentuk yang hampir simetris dan berukuran hampir sama yang berkisar dari 30 sampai 50 meter tingginya dan tertutupi oleh rumput hijau. Selama musim kemarau, rumput berubah warna menjadi coklat sehingga bukit-bukit ini pun dinamakan dengan Chocolate Hills. Para ahli geologi belum mencapai kesepakatan tentang bagaimana bukit-bukit ini terbentuk. Salah satu teori menyatakan bahwa Chocolate Hills adalah formasi batuan yang mengalami pelapukan dari jenis batu kapur laut di atas lapisan tanah liat yang kedap air.


9. Monument Valley



Batu pasir setinggi hingga 300 meter membentuk apa yang sering disebut dengan Monument Valley yang terletak di perbatasan Utah dan Arizona. Monument Valley ini sering menjadi latar bagi banyak film-film barat, mulai dari Stagecoach yang dibintangi John Wayne sampai Back to the Future II. Secara teknis daerah tersebut sama sekali bukan sebuah valley atau lembah, namun karena di lanskap luas yang datar tiba-tiba ada formasi batuan seperti ini, maka disebut demikian. Batuan-batuan ini adalah sisa dari lapisan batu pasir yang pada awalnya menutupi seluruh wilayah ini, warna merah terangnya sendiri berasal dari oksida besi yang banyak terkandung di dalamnya.


10. Göreme Fairy Chimneys



Cappadocia adalah daerah yang terkenal akan formasi batu alam yang aneh namun menakjubkan dan merupakan salah satu objek wisata di Turki yang paling populer. Salah satu tempat terbaik untuk melihat formasi batuan unik ini adalah kota Göreme, yang terletak di antara sejumlah besar kerucut tuff (abu vulkanik yang telah menyatu dan mengeras), yang sering juga disebut sebagai Fairy Chimneys atau cerobong asap peri. Fairy Chimneys ini terbentuk sebagai hasil dari erosi angin dan air dari dua lapisan vulkanik yang berbeda. Sebuah lapisan tebal tuff ditutupi oleh lapisan tipis basal yang lebih tahan terhadap erosi. Karena lapisan tuff yang mudah dikikis, banyak dari cerobong asap peri yang dipahat selama berabad-abad untuk membuat rumah-rumah, gereja dan fasilitas penyimpanan.

Grafik Data Produksi batubara Indonesia

GRAFIK DATA PRODUKSI, EKSPOR DAN PENJUALAN DALAM NEGERI BATUBARA INDONESIA (2009 – 2014)

Materi Presentasi Supriatna  Suhala - Majalah  Tambang 28 Januari 2015-Final5
*Sumber : Direktorat Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral RI

    Cara Menentukan Kualitas Batubara

    Selasa, 03 September 2013


    PENGENALAN UMUM KUALITAS BATUBARA

    Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kwualitas batubara ditentukan oleh maseral dan mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat coalification (rank).

    Umumnya, untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisa kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture), zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed carbon), dan kadar abu (ash), sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.

    Kualitas dan Klasifikasi Batubara

    Kualitas batubara ditentukan dengan analisis batubara di laboraturium, diantaranya adalah analisis proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat dilakukan untuk menentukan jumlah air, zat terbang, karbon padat, dan kadar abu, sedangkan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan kandungan unsur kimia pada batubara seperti : karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur tambahan dan juga unsur jarang.
    Kualitas batubara ini diperlukan untuk menentukan apakah batubara tersebut menguntungkan untuk ditambang selain dilihat dari besarnya cadangan batubara di daerah penelitian
    Batubara merupakan bahan baku pembangkit energy dipergunakan untuk industry. Mutu dari batubara akan sangat penting dalam menentukan peralatan yang dipergunakan. Untuk menentukan kualitas batubara, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : High heating value (kcal.kg), Total moisture (%), Inherent moisture (%), Volatile matter (%), Ash content (%), Sulfur content (%), coal size (%), Hardgrove grindability index (<3mm, 40mm, 50mm), Fixed carbon (%), Phosposrus/chlorine (%), Ultimate analysis : (carbon, hydrogen, oxygen, nitrogen, sulfur, ash), ash fusion temperature.

    a. High Heating Value (HHV)

    High heating value sangat berpengaruh terhadap pengoperasian alat, seperti : pulverizer, pipa batubara, wind box, burner. Semakin tinggi high heating value maka aliran batubara setiap jamnya semakin rendah sehingga kecepatan coal feeder harus disesuaikan.

    b. Moisture Content

    Kandungan moisture mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya, pada batubara dengan kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut pada suhu keluar mill tetap.

    c. Volatile Matter

    Kandungan volatile matter mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan intensitas nyala api.
    Semakin tinggi fuel ratio maka carbon yang tidak terbakar semakin banyak.

    d. Ash Content dan Komposisi
    Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar. Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi peralatan yang dilalui.

    e. Sulfur Content

    Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih rendah dari letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator.

    f. Coal Size

    Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar. Butir paling halus untuk ukuran <3mm, sedang ukuran paling kasar 50mm. butir paling halus dibatasi dustness dan tingkat kemudahan diterbangkan angin sehingga mengotori lingkungan. Tingkat dustness dan kemudahan beterbangan masih ditentukan pula oleh kandungan moisture batubara.

    g. Hardgrove Grindability Index (HGI)

    Kapasitas mill (pulverizer) dirancang pada Hardgrove grindability index tertentu, maka untuk HGI lebih rendah kapasitasnya lebih rendah dari nilai patoknya untuk menghasilkan fineness yang sama.

    h. Ash Fusion Characteristic

    Ash Fusion Characteristic akan mempengaruhi tingkat fouling, slagging dan operasi blower.

    PARAMETER KUALITAS BATUBARA

    Cukup banyak parameter untuk menentukan kualitas batubara antara lain :
    1. Total moisture (%)
    2. Inherent moisture (%)
    3. Ash content (%)
    4. Volatile matter (%)
    5. Fixed carbon
    6. Calorific value (kcal/kg)
    7. Total sulphur (%)
    8. Index hardgrove
    9. Index muai bebas
    10. Roga index
    11. Gray king
    12. Diatometri
    13. Nitrogen (%)
    14. Phosphor
    15. P2O5
    16. Plastometri

    Jenis Bor Explorasi

    Senin, 02 September 2013

    Dalam sejarah eksplorasi telah banyak jenis bor yang dipakai.

    Berikut adalah penggolongan jenis bor eksplorasi : 
    1. Bor Tangan  Bor spiral  Bor bangka
    2. Bor Mesin Putar  Bor mesin ringan Bor inti (core drill)  Bor putar biasa (rotary drill) Bor-alir balik (counterflush drill
    3. Bor Mesin tumbuk (cable tool) Sebetulnya sulit untuk melakukan penggolongan metoda pengeboran. Alat bor tangan banyak yang dikembangkan dengan dilengkapi motor kecil, sedangkan banyak alat bor mesin yang dipasang pada truk dirancang untuk pemboran dangkal. Alat bor mesin putar berkisar dari yang portable sampai alat bor raksasa untuk eksplorasi minyak dan gas bumi. Pemboran tangan Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer deposit dan residual deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada tahapan eksplorasi rinci, namun adakalanya secara acak dan setempat dilakukan pada tahap eksplorasi tinjau, terutama pada subtahap prospeksi umum. 
    Ada 2 jenis alat ini, yaitu 
    1. Bor tangan spiral (Auger drilling)
    2. Bor bangka (BBB). 
    Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada spiral, dicabut pada interval tertentu (tiap 30 – 50 cm). 
    Hanya sampai kedalaman beberapa meter saja, baik untuk residual deposit (bauxite, lateritic nickel) dan sebagainya. Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB) Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung (casing) diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja.

    Pada prinsipnya sama dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang disambung-sambung, dengan berbagai bit : 
    1. Spiral 
    2. Senduk 
    3. Pahat/bentuk pahat (dihubungkan) Pengambilan 
    contoh dalam hal yang ditumbuk dengan bailer. 
    Sambil bor berjalan, dengan gerakan putar dan tumbuk, casing secara otomatis menurun, karena beban orang di atas flatform. 

    Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal, seperti placer deposit dan residual deposit. Ada 2 jenis alat ini, yaitu 

    • Bor tangan spiral (Auger drilling) 
    • Bor bangka (BBB). 
    Pengamatan Dan Perekaman Data Geologi Data geologi yang didapatkan dari pemboran tangan jarang berupa batuan, tetapi pada umumnya berupa tanah atau batuan lapuk, dan sedimen lepas. 
    Contoh yang didapatkan bukan merupakan contoh yang utuh (undisturbed sample), tetapi contoh yang terusik (disturbed sample). Ketelitian lokasi kedalaman conto tergantung pula dari jenis matabor yang digunakan. 

    Contoh dari bor Spiral berupa tanah/lapukan batuan yang melilit pada spiral, dan mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukkan sampai ditarik kembali, sehingga selang kedalamannya dapat diatur, apakah setiap 50 cm atau setiap meter, tetapi maksimal tentu sepanjang spiral. Contoh dari mata bor sendok lebih terancam pencampuran, sedangkan yang menggunakan bumbung dengan katup lebih mewakili kedalaman yang tepat.
    Matabor ini lebih banyak digunakan untuk sedimen lepas, dan setiap contoh mewakili selang kedalaman dari mulai batang dimasukkan sampai ke pencabutan. Pada sistem bor Bangka, contoh yang diambil lebih terpercayya karena penggunaan pipa selubung yang terus menerus, mengurangi pencampuran dari guguran dinding bor.
    Perekaman Data Pada umumnya data berupa litologi, serta batas-batasnya dan dapat dinyatakan dalam penampang berkolom atau profil yang dapat pula disebut sebagai log. Selain itu data kekerasan kualitatif dapat dicatatkan pula, demikian pula data muka air tanah yang dijumpai. Pemboran Mesin putar Ada berbagai macam jenis mesin bor putar, dari yang portable sampai pemboran raksasa seperti pada pemboran minyak yang dapat mencapai kedalaman beberapa kilometer.

    Ada berbagai jenis, dari mulai packsack (dapat diangkat di atas punggung) sampai bor besar harus dipreteli atau diangkat di truck. Alat pemboran (yang disebut drilling-rig) dinilai dari kemampuannya untuk mencapai kedalaman, kemampuan pengambilan conto batuan dan kemampuan menentukan arah. Selain itu juga kemampuan bergerak di medan merupakan salah satu hal diperhatikan.

    Mesin-mesin pemboran putar ini mempunyai prinsip yang sama, namun berdasarkan kemampuannya dapat dibagi sebagai berikut : Bor mesin ringan (portable drilling rig) Ø Bor mesin inti (diamond drilling rig) Ø Bor mesin rotari (rotary drilling rigs) Ø Bor mesin alir-balik (counterflush drilling rig) Prinsip operasi mesin pemboran putar Pada prinsipnya pemboran mesin putar mempunyai prinsip yang sama, yaitu :


    1. Lubang dalam formasi dibuat oleh gerakan putar dari pahat untuk mengeruk batuan dan menembus dengan suatu rangkaian batang bor yang berlobang (pipa). 
    2. Rangkaian pipa bor disambungkan pada mesin sumber penggerak dengan berbagai macam alat transmisi, seperti kelly dan rotary table, chuck ataupun langsung.
    3. Sumber penggerak (mesin bensin, diesel dan sebagainya) atau dengan perantaraan kompresor/motor listrik.
    4. Pelumas/pendingin (air, lumpur, udara). Cairan pelumas dipompakan lewat pipa, keluar lewat pahar bor kembali lewat lobang bor di luar pipa (casing) atau sebaliknya. 
    5. Pompa sebagai penggerak/penekan cairan pelumas.
    6. Pipa/batang di atas tanah ditahan/diatur dengan menggantungkannya pada suatu menara/derrick dengan sistem katrol atau dipandu lewat suatu rak (rack) untuk keperluan menyambungnya atau mencabut serta melepaskannya dari rangkaian.
    7. Untuk memperdalam lubang bor rangkaian pipa bor ditekan secara hidrolik atau mekanik maupun karena bebannya sendiri.
    8. Conto batuan hasil kerukan mata bor didapatkan sebagai : a. Serbuk atau tahi bor (drill-cuttings) yang dibawa ke permukaan oleh lumpur bor atau air pembilas. Serbuk penggerusan batuan dibawa oleh air pembilas ke permukaan sambil mendinginkan mata bor. b. Inti bor (drill core) yang diambil melalui bumbung pengambil inti (core barrel).
    9. Untuk pengambilan inti mata bor yang digunakan bersifat bolong di tengah sehingga batuan berbentuk cilinder masuk ke dalamnya dan ditangkap oleh core barrel. Mata bor ini biasanya menggunakan gigi dari intan atau baja tungsten.
    10. Bumbung inti (core barrel) diangkat ke permukaan a. Dicabut dengan mengangkat seluruh rangkaian batang bor ke permukaan setiap kali seluruh bumbung terisi. b. Dicabut lewat tali kawat (wireline) melalui lubang pipa dengan kabel).
    Pipa selubung penahan runtuhnya dinding lubang bor (casing) dipasang setiap kedalaman tertentu tercapai, untuk kemudian dilanjutkan dengan matabor yang berukuran kecil (telescoping). Pipa selubung dipasang untuk mengatasi adanya masalah seperti masuknya air formasi secara berlebihan (water influks), kehilangan sirkulasi lumpur pemboran karena adanya kekosongan, dalam formasi, atau lemahnya lapisan yang ditembus.

    Dalam mendesain program pemboran dan memilih jenis alat bor harus diperhatikan :

    1. Kapasitas kedalaman (tergantung dari) :
    Besanya kekuatan mesin sumber pengerak yang dinyatakan dengan Tenaga Kuda (HP).
    Kekuatan alat penyangga atau menara serta derek untuk menarik beban rangkaian sampai kedalaman yang dituju.
    Besarnya garis tengah pipa bor sesuai dengan besarnya inti yang diminta.
    Kekuatan pompa untuk dapat menyalurkan lumpur sampai kedalaman yang dituju. 
    2. Mobilitas,dapat bergerak sendiri (skids, truck) atau kemungkinan untuk dipreteli atau/dan diangkat dengan tenaga manusia ataupun dengan helicopter. 
    3. Kemampuan pemboran miring
    4. Keperluan dan besarnya inti yang diminta. 
    5. Perolehan inti (core recovery) (tergantung dari jenis core barrel) 
    Peralatan Mesin bor Mata Bor
    Macam-macam, terdiri dari intan, baja, dan bentuk, termasuk kadang-kadang untuk tanpa pengambilan inti.
    Ukuran mata bor : AX, BX sampai NX, sesuai dengan corebarrel. Bumbung Inti (Corebarrel) : Berbagai jenis dan ukuran : 

    a. Ukuran sesuai mata bor 
    b. Jenis :
    1. Double-tube core-barrel  
    2. Triple-tube core-barrel (recovery faktor lebih dari 90%) 
    • Dengan batang bor 
    • Dengan tali-kawat (Wire-line
    Pipa bor dan Selubung :
    1. Berbagai ukuran 
    2. Berbagai jenis logam Menara Bor : Tergantung tujuan kedalaman akhir pemboran serta kenampakannya maka mesin pemboran dilengkapi suatu menara untuk mengendalikan pipa bor yang berupa sistim rak, kaki tiga sederhana maupun derrek. 
    Cara Penekanan
    1. Mekanis (dongkrak) 
    2. Hidraulis 
    3. Bobot rangkaian pipa Sumber Tenaga Penggerak : 
    • Diesel 
    • Bensin 
    • Pneumatic (compressor) 
    • Listrik Besar/kecilnya sumber penggerak menentukan kapasitas kedalaman. 
    Sistem pembilas : Pembilasan dapat dilakukan dengan udara, air maupun lumpur. Pemboran dengan udara (air drilling) : untuk daerah-daerah yang sulit air, ataupun pemboran didalam terowongan dapat dipertimbangkan penggunaan udara sebagai pembilas/pendingin matabor, dalam hal mana disiapkan mesin compressor.  
    Pemboran dengan air atau lumpur : untuk ini harus dipersiapkan mesin pompa dengan kapasitas tekan dan penyedotan lumpur pemboran yang sesuai dengan kedalaman yang dituju. Selain itu diperhatikan jarak dari sumber air yang memerlukan sistim pompa dan rangkaian pipa air untuk penyaluran, maupun penggunaan truk tangki air. Lumpur biasanya dipakai bentonit yang diperdagangkan secara komersial. Kekentalan dari lumpur dapat diatur dengan menentukan berat jenisnya. 
    Penggolongan Mesin Bor Putar Mesin Bor Ringan (Portable Drilling Rig) Khas dari pemboran ini selain mudah diangkut secara manual adalah pada umumnya menggunakan topdrive dengan motor bakar kecil (2 tak) yang ikut turun naik dengan turun/naiknya batang bor yang dipandu oleh rel atau rack. 
    Tekanan pada matabor dapat ditingkatkan dengan menyuruh orang mendudukinya (awak mesin bor 20-26). Alat bor ini dapat dipreteli dalam bahagian-bahagian kecil dan dapat diangkut oleh orang secara manual. Kapasitas alat bor ini hanya maksimum 50 meter, banyak digunakan untuk pemboran seismik (shot holes) dan sering merupakan rakitan sendiri dengan menggunakan mesin pompa. Laju tembus adalah 30-40 m/hari, relatif sangat murah. 
    Pengambilan inti tidak dimungkinkan. Biaya $5.90/hari Termasuk alat bor kecil dengan topdrive ini adalah yang dipasang pada truck, dengan memasangi rak (rel) yang memandu batang bor, dimana morot penggeraknya dipasang pada ujung atas batang bor, dan mesin bergeser ikut dengan turunnya dengan batang bor. Dengan topdrive ini pemboran miring dimungkinkan secara terbatas dengan memiringkan raknya. 
    Berbagai jenis/merk pemboran
    Bor Mesin Portable 
    1. Packsack (kapasitas 10 meter), dapat diangkut seorang diri 
    2. Koken 
    3. Rakitan lokal Mesin Pemboran Inti (Diamond Drilling Rigs
    Alat pemboran ini adalah alat standart dan yang paling populer untuk eksplorasi cebakan mineral. Nama Diamond Drilling Rig digunakan karena alat ada yang paling banyak dipakai untuk pengintian (coring) yang menggunakan matabor dari intan. Mesin ini berukuran relatif kecil dan dipasang pakai roda atau batang luncur (skids), ditarik dengan bulldozer, kendaraan 4-wheel drive atau ditarik dengan winch pada tempat yang sulit dijangkau, atau digantung dengan slung di bawah helicopter, atau juga dapat dipreteli menjadi bahagian-bahagian/komponen kecil dan dapat dipikul secara manual. Gerakan putar dari mesin ditransmisikan pada pipa bor dengan chuck, dan oleh karenanya dapat membor ke semua arah, termasuk ke atas (dari terowongan).
    Untuk pengoperasiannya sering dipasang kaki tiga dari pipa besi untuk mengendalikan pemasangan/pencabutan batang bor dengan menggantungkannya pada sistem katrol dengan swivel yang disambungkan pada pipa selang untuk menyalurkan cairan pembilas dari pompa lumpur. Kelemahan dari alat bor ini adalah berkecepatan rendah, terutama sewaktu operasi pengambilan inti (coring operations). Jenis matabor yang digunakan : blade type, roller type dan matabor intan dan tungsten-carbida. Matabor jenis bilah (Blade type) membor lebih cepat. Palu pemukul berputar di dalam lubang (Rotary percussion downhole hammers) juga tersedia untuk formasi-formasi yang keras. Dapat dipasangi bumbung inti jenis tripple stationary inner split tube yang ditarik talikawat. 
    Beberapa merk alat bor Diamond Drilling Rig : Altas-Capco, dengan triple yang simple Longvear dan Tone, berbagai ukuran : 
    1. Junior 
    2. Ly 24,34,38,44-(kapasitas 100 – 900 m) Tone : U.U.5 (75 m), T.AS 70 dan lain-lain. 
    Mesin Bor Rotari (Rotary Drilling Rigs) Jenis alat bor ini dinamakan demikian karena gerak putar dari sumber penggerak/mesin ditransmisikan pada batang bor dengan meja putar (rotary table), sehingga hanya dapat membor ke vertikal ke bawah. Alat pemboran yang digolongkan jenis ini pada umumnya lebih besar dan berkekuatan lebih besar, harus dipasang pada truk dan tidak cocok untuk lokasi-lokasi yang sulit dicapai. Alat pemboran jenis ini juga termasuk pemboran untuk minyak dan gasbumi. Pada umumnya digunakan untuk operasi tanpa pengambilan inti (noncoring operation). Kecepatan pemboran tinggi, terutama jika tidak dilakukan pengambilan inti, namun jika diperlukan bumbung inti (core barrel) dapat dipasang. Berbagai jenis Alat Bor Rotari Mayhew 1000 Rig; Alat ini dipasang pada truk (6 X 6 Cusromline Carrier Truck), memakai lumpur berbasis air atau udara dengan menggunakan kompressor berkapasitas rendah. Kecepatan tembusnya sangat tinggi (175 m/hari tanpa pengintian, 35 m/hari dengan pengintian). Biaya $ 22.15/hari tanpa pengintian. $ 103/hari dengan pengintian. Dando 250 : Dipasang di atas traktor, yang tidak terlalu stabil sehingga memerlukan dukungan bulldozer. 
    Alat ini memiliki kompressor berkapasitas tinggi dan dapat dengan mudah mencapai kedalam akhir (TD) 120 m. Namun mempunyai laju tembus (penetration rate) lebih rendah (130 m/hari tanpa pengintian, 30 m/hari dengan pengintian), tetapi lebih murah atas dasar hitungan permeternya. Biaya $ 15.60/hari tanpa pengintian. $ 47.50/hari dengan pengintian. Pemboran Aliran Bilas Balik (Counterflush Drill) Air pembilas masuk dari casing, keluar melalui pipa bor, membawa contoh, yang tidak tercampur dengan rontokan dari dinding lubang bor, namun untuk mendapatkan ke dalam contoh ini harus memperhitungkan kecepatan tidak seteliti bor inti. Pengambilan Contoh Dan Perekaman Data Dari Lubang Bor (Drill-Hole Logging) Tujuan utama dari pemboran eksplorasi adalah mengambil dan merekam data geologi yang ditembus lubang bor. Data ini berupa rekaman catatan hasil pengamatan pada conto batuan, khususnya litologi serta gejala geologi lainnya. 
    Jenis contoh yang didapatkan adalah : Serbuk bor (Cuttings) Contoh ini adalah hasil kerukan dari matabor yang kemudian dibawa oleh air pembilas ke permukaan. Setap kemajuan selang kedalaman tertentu suatu conto yang diambil mewakili selang kedalaman tertentu dan dicatat. Contoh ini dibersihkan dan dideskripsikan. Hasil deskripsi contoh ini tidak akurat mengingat : 
    1. Contoh tersebut harus menempuh jarak dari kedalaman sampai ke permukaan, sedang dalam waktu yang sama matabor sudahh maju lebih dalam lagi. Kedalaman yang diwakili contoh itu harus dikoreksi atau disetel terhadap data lain, seperti laju kecepatan pemboran atau log talikawat. 
    2. Contoh tersebut sering tercampur dengan serbuk dari selang kedalaman yang ada di atasnya, sehingga kadangkala diketemukan lebih dari 2 jenis litologi yang berasal kedalaman yang berbeda. Untuk ini persen berbagai jenis litologi ini harus dicatat untuk mengetahui litologi mana merupakan guguran dan mana yang dari kedalaman asli. Untuk ini dapat pula dilakukan pembandingan dengan hasil tafsiran litologi dari log talikawat maupun data lain seperti laju kecepatan pemboran. 
    3. Contoh ini merupakan serbuk, keratan atau hancuran dari batuan, sehingga hanya deskripsi tekstur dan susunan mineral yang dapat diamati, sedangkan gejala-gejala geologi seperti struktur, kekompakan dan lain-lain tidak teramati. Pengamatan litologi dari serbuk pemboran adalah bersifat baku dalam eksplorasi minyak dan gasbumi, dan juga dilakukan pada pemboran eksplorasi batubara terutama pada selang kedalaman yang tidak dilakukan pengintian. Adakalanya dalam eksplorasi batubara tidak dilakukan pengintian yang disebut openhole, sehingga data geologi didapatkan dari penafsiran log talikawat/geofisika dan dibantu dari pengamatan contoh ini.
    Namun pada pemboran eksplorasi cebakan mineral tidak lazim dilakukan karena lebih mengandalkan pada pengamatan conto inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir. Inti bor (drill core) Pada eksplorasi cebakan mineral termasuk batubara data geologi biasanya didasarkan atas pengamatan dan pendeskripsian contoh inti bor. Pengintian Penuh (Full Coring). Pengambilan inti dilakukan secara penuh dari permukaan sampai kedalaman akhir pemboran. Ini yang biasa dilakukan dalam eksplorasi untuk cebakan mineral. Pengintian Setempat (Spot Coring). Pemboran dilakukan sebagai lubang terbuka (open hole) yang kemudian diikuti dengan pengintian hanya dilakukan pada selang kedalaman tertentu yang diinginkan, misalnya beberapa meter di atas zone cebakan dan beberapa meter dibawahnya. Untuk ini sering diperlukan lapisan petunjuk stratigrafi berdasarkan log geofisika dari sumur terdekat yang sengaja dibor sebagai pilot drill hole, untuk operasi ini sering dilakukan pilot and part-coring. 
    Pengintian Sentuh (Touch Coring). Pengintian dimulai segera setelah matabor mencapai beberapa meter di atas target pengintian (bentuk pengintian setempat yang kurang dapat dipercayai). Pengintian Inti Terorientasi (Oriented Core Sample). Dengan menggunakan alat tertentu, dimungkinkan dimana orientasi kedudukan asli dari conto didalam tanah dapat ditentukan. Hal ini sering dilakukan untuk mempelajari kedudukan struktur geologi dari lapisan maupun dari rekahan atau jalur-jalur mineralisasi. Perolehan Inti (Core Recovery). Dalam operasi pengambilan inti pemboran tidak selalu seluruh selang kedalaman dapat diwakili oleh panjang inti yang diperoleh. Hal ini disebabkan kemungkinan gugurnya bahagian bawah dari inti sewaktu diangkat dalam bumbung inti (core barrel). Besarnya perolehan inti (core recovery) dinyatakan dalam persen (% core recovery), dengan mengukur panjang conto inti yang diperoleh dan membandingkannya dengan panjang bumbung.
    Perolehan inti yang buruk dapat disebabkan karena adanya jalur-jalur retak atau keadaan batuan yang rapuh dan dapat dipakai sebagai indikator untuk keadaan struktur dari batuan, dan menggunakan bumbung inti yang diperbaiki seperti triple tube core-barrel. 
    Keunggulan dari contoh inti pemboran adalah
    1. Pengamatan litologi lebih lengkap dan terperinci sehingga perselingan berbagai jenis litologi, dapat dideskripsi secara rinci, centimeter demi centimeter. 
    2. Pengamatan rinci dapat dilakukan terhadap struktur maupun tekstur batuan dalam 3-Dimensi, terutama jika menggunakan conto yang terorientasikan, misalnya adanya rekahan, urat-urat kecil, penjaluran mineral (mineral zoning), dsb. 
    3. Penentuan kedalaman serta selang-selang kedalaman dari berbagai batas perubahan litologi lebih baik daripada serbuk pemboran. Namun masih tetap kurang akurat jika dibandingkan dengan hasil penlogan talikawat, disebabkan kemungkinan perolehan inti yang buruk selain juga terjadinya dekompaksi seperti halnya dalam batubara. 
    4. Keuntungan conto inti bor ini adalah selain mendapatkan kedalam conto yang lebih teliti, juga dimungkinkan untuk dilakukan uji kualitas yang berkisar luas (wide range of quality test), untuk menentukan sifat-sifat keteknikan batuan, misalnya kekuatan lantai dan atap dari cebakan (batubara) dan batuan penutup (overburden rocks). Keburukan dari pengambilan conto inti adalah : 
    • Operasi pengambilan inti bor sangat memperlambat operasi pemboran, terutama jika tidak menggunakan wireli corebarrel. 
    • Harus menggunakan matabor dari intan atau baja tungsten yang lebih mahal daripada matabor jenis lainnya. Secara keseluruhan pemboran inti jauh lebih mahal dan lebih lambat dari operasi pemboran lainnya, sehingga harus benar-benar diperhitungkan dalam menentukan taktik eksplorasi. 
    Keunggulan jenis data yang diperoleh harus diperhitungkan terhadap biaya yang harus dikeluarkan. Pemprosesan Dan Penyimpanan Inti Bor Inti bor dicuci dan dikeringkan, kemudian dipatahkan meter demi meter. Setelah dipatahkan setiap meter maka batang-batang inti disimpan dalam peti kayu/aluminium yang dirancang khusus, dan disusun sedemikian rupa sehingga atas bawahnya jelas, serta kedalamannya diperlihatkan dengan tanda-tanda yang ditulikan dengan spidol pada penyekat antar inti. 
    Waktu dilakukan pengamatan harus hati-hati untuk menempatkan setiap contoh dalam urutan, arah dan susunan yang sama. Batang inti yang akan dianalisa di laboratorium, seperti selang yang termineralisasi inti batuan ini dibelah (split) menjadi 2 (1 dipakai untuk essay, 1 untuk dokumentasi). Contoh inti untuk analisa laboratorium harus diambil dari inti yang telah dibelah ini. Penanganan contoh inti ini harus dijaga supaya tidak terkontaminasi, terutama yang diperuntukan assay mineralisasi logam. Dalam hal batubara conto inti untuk dianalisa di laboratorium harus segera dibungkus dengan kertas parafin yang kedap udara, untuk menjada kelembaban aslinya (moiture content). Untuk setiap contoh yang akan dianalisa di laboratorium perlu dicatat kode nama/nomor lubang bor dan kedalamannya. 
    Pencatatan/Perekaman Data Bor :
    Penlogan Lubang Bor Ada dua cara mencatat atau merekam data geologi yang dihasilkan pemboran : Penlogan Visual (Visual Logging) Penlogan visual dilakukan terhadap pengamatan dan deskripsi litologi dari conto serbuk pemboran dan dari contoh inti bor. Jika dilakukan pengeboran inti penuh (full core drilling) penlogan dilakukan hanya dari pengamatan contoh inti, sedangkan jika dilakukan spot-coring maka hanya bagian yang tidak diinti pengamatan dari serbuk bor yang dicatat. Pencatatan dilakukan dalam kolom-kolom kertas panjang yang disebut Log Pemboran (drilling-log) dan jika khusus berdasarkan inti saja disebut Log Inti (Core-log). 
    Data geologi pada Log Inti tidak terbatas pada deskripsi litologi saja, tetapi menyangkut struktur, mineralisasi dan sebagainya. Selain data geologi juga dicatat data teknis lainnya, seperti data laju kecepatan pemboran, data perolehan inti (core-recovery), keadaan air pembilas, pergantian matabor, selang pengambilan inti-bor, titik-titik penempatan pipa selubung (casing) serta tanggalnya. Setiap jenis catatan pengamatan diberi kolom tersendiri, dan sedapat mungkin dalam bentuk simbol grafis. Khususnya jenis litologi diberi kolom yang di isi simbol grafis, laju pemboran dengan kurva, perolehan inti dalam bentuk kolom sempit yang memperlihatkan % inti terhadap kedalaman. Struktur geologi digambarkan pada kolom litologi maupun dicatat dalam kolom tersendiri, demikian juga selang-selang mineralisasi, jenis mineralisasi serta estimasi persen juga dicatat. Sebetulnya tidak ada standard bentuk log yang baku, tergantung dari jenis cebakan yang dijadikan obyek pemboran, maupun juga tergantung perusahaannya masing-masing. Sering kolom khusus disediakan untuk mencatatkan hasil analisa geokimia atau ‘assays’. 
    Dewasa ini dengan komputerisasi, data yang direkam diusahakan dalam format digital maupun alfanumerik yang mudah diinputkan dalam suatu database yang disimpan sebagai file dalam disket atau tape, dan setiap waktu dapat dengan mudah dibuatkan log grafis dengan mencetaknya pada rol kertas (paper log print-out), maupun diproses menjadi peta atau penampang geologi. Log Visual ini sering dikombinasi dengan log Talikawat menjadi log Komposit. Penlogan Talikawat (Wire-Line Logging) Penlogan talikawat dewasa ini sudah sangat lumrah dilakukan untuk pemboran inti, terutama untuk batubara.
    Jenis-jenis log yang dapat dilakukan bisa dibagi dalam : 
    1. Penlogan Geofisika (Geophysical Logging) 
    2. Penlogan Citra (Imaging, hasil dari pemotretan kamera yang diturunkan ke dalam lubang pada tali serat optik dan dapat merekam citra visual sekeliling lubang bor) Ø Log orientasi lubang sumur (yang menunjukkan arah dari lubang sumur dalam derajat kemiringan dan azimuth) Sejak pertengahan tahun tujuh-puluhan penlogan geofisika untuk lubang pemboran kecil telah dikembangkan. Terutama untuk eksplorasi batubara. 
    1. Penlogan geofisika lebih teliti dalam penentuan kedalaman dari target pemboran terutama dalam hal lapisan batubara daripada penlogan visual dari inti pemboran karena kemungkinan dekompaksi dan pendapatan inti yang buruk. 
    2. Penafsiran litologi lebih baik dari pengamatan serbuk bor atau pendapatan inti yang buruk. 
    3. Korelasi antar lubang bor bersifat jauh lebih oojektif daripada log visual. 
    4. Untuk eksplorasi batubara log geofisika dapat digunakan untuk mengestimasi parameter kualitas batubara. Jenis-jenis log yang dipakai terutama untuk batubara adalah :
    •  Log Radioaktif (gamma, neutron, densitas) 
    • Log Listrik (Resistivitas/SP) 
    • Log Kaliper Density Log LSD ; 
    Baik untuk korelasi HRD ; informasi optimum untuk ketebalan batubara BRD ; kompromi antara LSD dan HRD Natural Gamma Log Menunjukkan kadar lempung Neutron Log Merespon terhadap hidrogen, karbon dan kelembaban total moisture, derajat porositas (yang membedakan batupasir dari serpih) Caliper Log Jenis log ini memungkinkan untuk memisahkan batuan kompeten dari yang tidak kompeten. Log ini juga digunakan untuk menentukan kelayakan suatu lapisan batubara pada lokasi tertentu untuk dapat dilakukan pengintian, berdasarkan atas derajat keretakannya yang diperlihatkan oleh garis tengah dari lubang bor yang menembus lapisan tersebut. Dalam eksplorasi batubara log densitas banyak dipergunakan. 

    Ini disebabkan karena
    1. Density log dapat menentukan secara teliti selang kedalaman dan ketebalan lapisan batubara yang ditembusnya. 
    2. Density log menghasilkan penentuan kerapatan batuan (density determination) dan dengan demikian menunjukkan kualitas dari lapisan. Kemudian density dikorelasikan dengan lubang bor yang telah diambil intinya dan perkiraan kadar abu dapat diekstrapolasikan dengan lubang bor terbuka yang dilog. Kombinasi dari gamma alami, log densitas dan log neutron memberikan jalan untuk korelasi lapisan batubara serta lapisan sedimen yang menyelubunginya. 
    PEMBORAN MESIN TUMBUK (PERCUSSION DRILLING) Jenis mesin pemboran ini sudah jarang dipakai lagi dalam eksplorasi. Batuan dipecah dengan pahat yang ditumbuk, dan conto diambil dengan bailer atau drive sampler. Contoh yang didapat tidak murni. Pemboran dengan jenis ini umumnya digunakan dalam eksplorasi dasar pada soil, gravel, endapan pasir. Dimana sebagian besar batuan yang dihasilkan telah mengalami gangguan, karena proses pemborannya dilakukan dengan menumbuk tanpa menimbulkan moment putar. Hasil dari pemboran tersebut kemudian dibawa ke laboratorium. 
    Ada berbagai jenis mesin bor perkusi ini, antara lain yang disebut : 
    1.  Cable Tool Drilling Rig 
    2.  Hammer Drill atau Wagon Drill 
    3.  Downhole Hammer Drilling Rig 
    4.  Hammer Drilling Rig with Drive Sampler Alat Bor Tumbuk Talikawat (Cable Tool Rig) Alat cable tool rig, yang juga disebut churn drilling rig adalah alat bor yang paling tua yang digunakan untuk pemboran minyak maupun eksplorasi mineral, dan kini masih dipakai.
    Alat ini bentuknya sederhana yang terdiri suatu menara, berbentuk segitiga atau bentuk lain yang pada puncaknya dilengkapi dengan sistim katrol. Pada katrol ini dibentangkan talikawat baja yang disambungkan dengan suatu mesin motor penggerak lewat suatu roda gila sehingga memberikan gerakan turun naik pada ujung talikawat di bawah menara bor ini. Pada ujung talikawat ini digantungkan suatu mata bor berupa pahat yang dilengkapi batang logam sebagai pemberat diatasnya. 
    Penetrasi pada formasi dilakukan dengan menarik talikawat ke atas oleh mesin penggerak, dan kemudian melepasnya sehingga pahat menumbuk formasi di bawahnya. Setelah gerakan ini dilakukan beberapa kali, maka pahat diganti dengan suatu alat pengambil conto yang disebut bailer suatu tabung atau bumbung baja yang dibawahnya diberi sistim katup. Dengan menjatuhkannya bailer ini ke dalam lubang maka hancuran batuan ataupun sedimen lepas masuk ke dalam tabung dan terperangkap oleh katup dan dapat diangkat untuk memperolehnya. Air sering dimasukkan ke dalam lubang bor untuk membersihkan lubang, tetapi tidak dalam tekanan yang terlalu tinggi (maksimum 100 l/menit). 
    Alat Bor Tumbuk Biasa Ada beberapa macam alat bor tumbuk ini yang terutama digunakan untuk batuan keras dalam operasi pertambangan. Alat ini biasanya dipasang di atas suatu truk atau traktor, dan sangat mudah dioperasikan dalam segala arah sudut. Hammer Drill (Bor Palu) Mesin bor yang juga disebut Wagon Drill (Chaucier dan Morer, 1987) itu terdiri dari palu yang bergerak vertikal dan dipasang sepanjang suatu peluncur (slide) yang dipasang pada suatu kendaraan seperti truk atau traktor. Palu ini memukul-mukul suatu rangkaian batang bor yang pada ujungnya dipasangi suatu matabor. Jenis Wagon Drills yang ringan (Atlas BVB) dapat mencapai kedalaman rata-rata 30 meter dan maksimum 50-60 meter. 
    Jenis Wagon Drills yang besar (Altas Roc 601) rata-rata 70 sampai 100 meter. Contoh yang didapatkan adalah serpihan batuan yang ditiup oleh udara yang dikompresikan melalui pipa bor, dan ditangkan diluar oleh alat khusus yang disebut cyclone sample chamber. Kelemahan dari Wagon Drill adalah perolehan contoh yang kecil (5kg/m), karena diameter lubang yang didapatkan adalah 40-50 mm. Down-Hole Hammer Drill (Alat Bor Palu Dalam Lubang) Pada alat bor ini palu didapatkan langsung dipasang di atas drive sampler, berbentuk suatu silinder yang bergerak turun naik secara lancar (smooth) dan digerakan oleh udara tertekan dari compressor melalui pipa bor. Mata bor disini dapat pula melakukan gerak rotasi atau putar. Kedalaman rata-rata yang dapat dicapai alat ini adalah 80=100 meter, tetapi dapat pula dirancang untuk mencapai kedalaman 300-1000 meter, dengan menggunakan pipa selubung (casing). 
    Diameter lubang yang dibuat adalah 65-170 mm, sehingga dapat perolehan conto (sample recovery) yang lebih besar daripada Wagon Drill. Namun biayanya 3 sampai 4 kali biaya pemboran permeter daripada Wagon Drill
    Hammer Drill jenis ini diklasifikasikan sebagai bor palu ringan (Light Hammer Drill, Ingersoll type). Bor Tumbuk dengan Drive Sampler Perkembangan dari bor tumbuk atau percussiun drilling adalah pemasangan apa yang disebut drive sampler sebagai pengganti matabor. Alat bor ini hanya cocok dipergunakan untuk lapisan tanah atau sedimen lepas. Alat ini berupa sepotong pipa dengan ujungnya terbuka dan tajam. Tabung baja ini mempunyai bentuk dengan panjang yang berlainan, kurang lebih 91,44 cm dan diameternya (bagian luar) 7,62 cm. Alat ini dilengkapi dengan cincin (ring) yang gunanya untuk penyesuaian bila diameternya akan mencapai 12,7 cm. 
    Sedangkan pada sampler bagian atas terdapat lubang untuk lewat air/lumpur pemboran, yang dilengkapi dengan katub pengatur, katub ini gunanya untuk : 
    • Masuknya lumpur pemboran pada saat diangkat 
    • Mencegah cebakan udara dan air dalam tabung yang akan menjadi pengganggu naiknya contoh atau rusaknya contoh batuan. Katup bola pengatur tidak selalu effektif penuh, karena kadang-kadang hal itu akan menyumbat katub dan menahan untuk tetap terbuka. 
    Drive sampler ini yang bertindak sebagai alat bor, mempunyai dinding dengan ketebalan 5 inci, alat ini diselubungi dengan pipa pelindung (casing). Ada beberapa macam peralatan drive sampler, alat ini telah dikembangkan untuk berbagai macam soil, yaitu dengan menggunakan dinding sampler yang tipis. Membuat dinding yang setipis mungkin ini dimaksudkan untuk pengendalian sisipan conto batuan. Banyak juga drive sampler telah dikembangkan untuk berbagai mekanisme guna mendapatkan conto batuan sebaik mungkin. 
    Pengamanan : Walaupun bor tumbuk ini biasanya dipasang pada suatu truk atau traktor, namun ada kalanya mesin langsung dipasang diatas tanah. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pekerjaan pemboran yaitu : Landasan mesin bor, landasan ini harus dipersiapkan dengan letak yang betul. Landasan ini perlu stabil mesinnya bisa selalu dalam keadaan mantap dan dapat menahan mesin bor serta peralatannya. Juga memudahkan operator bekerja dengan leluasa. Ukuran landasanya itu minimum 3,5 X 3,5 meter. 
    Demikian pula pada pemboran dasar sungai, untuk memudahkan dan keamanan, maka sesuai jaminan perlu dibuat “andang-andang” (scaffolding), dalam suatu rencana pekerjaan pemboran dasar sungai dan ini berarti penambahan biaya maupun waktu. Keunggulan Bor Tumbuk Bor tumbuk mempunyai keunggulan karena dapat menembus bongkah dalan cebakan pasir/kerikil dengan cepat dengan memecahkannya, contoh yang didapatkan dalam drive sampler atau bailer cukup akurat dan relatif murah dan peralatannya cukup sederhana. 
    Pekerjaan ikutan sehubngan dengan pemboran tumbuk memberikan keunggulan sebagai berikut : Ø Dapat mengukur Bulk Density dari tanah, lempung (clay), pasir (sand), kerikil (gravel) dan lain-lain, dalam keadaan asli di lapangan. 
    Dapat mengukur koefisien perbandingan antara tanah terpadat dengan yang tak terpadat langsung di lapangan. Pengamatan dan Perekaman Data Geologi Diskripsi litologi hasil pemboran Setiap conto yang diambil dari bailer harus langsung diamati seketika itu juga mutlak dikerjakan oleh geologist di lapangan maupun kemudian diverifikasi di laboratorium. 
    Mengingat contoh hasil pemboran tumbuk pengamatan khusus meliputi : 
    1. Mengenai berbagai jenis batuan yang mudah pecah dan yang mudah menyambung kembali. v Litologi (warna, tekstur dsb), sifat kelunakan, kepadatan dan perlapisan. v Banyaknya air yang terkandung dalam batuan tersebut. v Keterangan mengenai batuan dari seluruh yang pecah seperti, sifat kebulatan, prosentase jenis batuan dari keseluruhan volume jenis batuan itu, juga keterangan dari sudut petrografi. v Keterangan-keterangan mengenai keistimewaan setiap lapisan batuan seperti kadar humus dalam suatu lapisan batuan, perubahan warnanya dan lain-lain. v Pengambilan macam-macam batuan tersebut seperti tempat pengambilan batuan, susunan struktur batuan yang rusak dan struktur batuan yang tidak rusak. 
    2. Mengenai berbagai jenis batuan yang keras sampai agak keras dalam suatu lapisan batuan. v Litologi (warna, tekstur dsb), dari fragmen batuan dan semen batuan. 
    Keterangan mengenai zat-zat kecil yang terkandung dalam batuan seperti susunan mineralogi, bentuk dan ukuran maupun letaknya, perubahan-perubahan yang mungkin ada. v Tingkat kekerasan batuan dan prosentase pengambilan dari lubang bor. v Tingkat kerusakan dan lain-lain. Perekaman/Catatan Data Pemboran Setelah diadakan pengamatan batuan seperti ini kemudian dilakukan pencatatan, catatan ini harus akurat, nyata, jelas, sistematis dalam format yang telah ditentukan serta bisa dijadikan dokumen yang dijamin kelamaannya. 
    Pencatatan dilakukan pada format yang sudah tersedia yang disebut log, yang dan pencatatan dilakukan pada kolom-kolom dan kedalaman yang bersangkutan. Pemerian batuan hasil pemboran ini akan menghasilkan catatan ringkas yang sebagian akan dimasukkan dalam Boring record, kadangkala disebut Drilling Record atau Drilling Log. Penyimpanan Conto (Sample Storage) Demikian pula tentang penyimpanan conto (sample) hasil pemboran, diberi kolom-kolom sesuai dengan pengambilan sample sehingga kelak bila diadakan pemerian ulang tidak akan terjadi kericuhan. Pada proses pengeboran peranan lumpur bor (drilling mud) sangat penting, karena lumpur pengeboran ini memiliki beberapa fungsi, yaitu
    a. Mengangkat serbuk bor ke permukaan, hal ini sangat penting sebab juka serbuk pengeboran tidak terangkat ke permukaan maka dapat menyebabkan buntunya saluran pengeboran dan akhirnya dapat menyebabkan terjepitnya pipa bor. 
    b. Mendinginkan dan melumasi pahat/biit dan rangkaian pipa bor; proses pendinginan dan pelumasan pada sebuah kegiatan pengeboran tidak boleh diabaikan sebab jika proses ini diabaikan dapat mengakibatkan lelehnya biit atau rangkaian pipa akibat gesekan dengan bidang bor, terlebih lagi jika kita menggunakan kecepatan rotasi tinggi dan dibarengi dengan pelumasan yang tidak baik maka hal ini akan lebih mempercepat lelehan bit. 
    c. Mengontrol tekanan formasi; dengan lumpur bor yang baik maka tekanan formasi dapat terkontrol dengan baik, oleh karena itu perbandingan antara lumpur dengan air harus seimbang, lumpur tidak boleh terlalu kental atau terlalu encer. 
    d. Mencegah runtuhnya dinding lubang bor; dengan adanya lumpur bor yang baik dapat membantu penyanggan dinding sehingga keruntuhan dinding dapat kita hindari. 
    e. Melapisi dinding lubang bor dengan kerak lumpur; dengan teknologi yang ada kita dapat membuat lumpur bor yang dapat mengering pada dinding lubang bor sehingga dapat mengurangi longsor pada dinding bor. 
    f. Menahan serbuk bor dan material-material pemberat dalam bentuk suspensi bila sirkulasi atau pemboran dihentikan sementara; pada proses pengeboran jika terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan sirkulasi lumpur terpaksa harus dihentikan. Kita tidak perlu khawatir terhadap serbuk bor yang mengendap sebab lumpur yang baik akan dapat menahan serbuk pengeboran dalam bentuk suspensi, tetapi jika lumpur bor yang kita gunakan kurang baik kemungkinan material pemberat dan serbuk bor mengendap cukup besar dan kemungkinan terjepitnya rangkaianpun menjadi besar pula. 
    g. Mengurangi beban rangkaian pipa bor dan selubung yang ditanggung oleh menara/rig; pengeboran yang dilakukan tanpa lumpur. Bor yang baik, misalnya lumpur bor yang digunakan terlalu encer hal ini akan menyebabkan proses pelumasan kurang berjalan baik adan juga fungsi lumpur bor sebagai pembantu penyanggaan beban yang ditanggung oleh rig juga akan berkurang, oleh karena itu pemilihan lumpur bor harus benar-benar diperhatikan. 
    h. Untuk media loging 
    maksudnya adalah penyampelan dengan bentuk sampel seperti log (silinder). Berdasarkan bahan dasarnya lumpur bor dapat dibedakan menjadi tida macam, yaitu : 
    • Lumpur dasar air tawar (fresh water base mud
    • Lumpur dasar air asin (salt water base mud
    • Lumpur dasar air minyak (oil water base mud
    Selama proses pengeboran berlangsung tentunya tidak terlepas dari masalah, masalah yang mungkin timbul selama pengeboran diantaranya : 
    a. Semburan liar, semburan liar biasanya terjadi pada pengeboran minyak bumi. Hal ini terjadi saat bor kita menembus batauan pengurung gas sehingga gas menekan lumpur bor ke atas dan gas akhirnya keluar permukaan. Jika pada saat pengeboran terjadi sembur liar sebaiknya kita segera meninggalkan lokasi pengeboran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 
    b. Runtuh dinding, runtuhnya dinding dapat disebabkan oleh kondisi batuan yang kurang stabil atau dapat pula disebabkan oleh penggunaan lumpur yang kurang tepat. 
    c. Hilang lumpur (mud loss) : - Lumpur di dalam lubang sumur hilang atau masuk ke dalam lapisan sebagian atau seluruhnya. - Dapat terjadi karena berat jenis lumpur bor terlalu besar, sehingga tekanan lumpur lebih besar dari tekanan lapisan. - Hilangnya lumpur dapat diikuti oleh blow out. 
    d. Sloughing shale, dinding sumur disekitar lapisan shale (serpih) mengembang sehingga menyempitkan atau menyumbat lubang bor, pengembangan lapisan shale terjadi karena shale bereaksi dengan air yang berasal dari lumpur pengeboran, kejadian ini dapat mengakibatkan terjepitnya rangkaian pipa bor. 
    e. Bit leleh, lelehnya bit atau mata bor yang dapat terjadi akibat kurang lancarnya proses pelumasan atau putarannya terlalu tinggi. 
    f. Rod putus, putusnya rod dapat diakibatkan dari sloughing shale yang mengakibatkan rod terjepit sedangkan putaran tidak dihentikan. 
    g. Rangkaian pipa yang terjepit, hal ini dapat terjadi jika viskositas diperbesar, tekanan fluida besar atau dapat pula disebabkan oleh sloughing shale

    **sekian dulu semoga bermamfaat**


      JENIS – JENIS BATUBARA

      Kamis, 29 Agustus 2013

      Sebelum masuk pada jenis – jenis batubara terlebih dahulu perlu untuk diketahui apa itu batubara. Batubara terbentuk dari endapan organik yaitu sisa – sisa tumbuhan – tumbuhan yang terjadi selama beberapa ratus juta tahun yang lalu yang mengalami pengubahan melalui proses pembatubaraan. Pengertian umum dari batubara adalah batuan sedimen yang dapat terbakar. Dan pada dasarnya terdiri dari karbon, oksigen dan nitrogen.

      Ada 2 teori yang menerangkan terjadinya batubara yaitu :


      Teori In-situ : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori in-situ lazimnya terjadi di hutan basah dan berawa, sehingga pohon-pohon di hutan tersebut pada saat mati dan roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut, dan sisa tumbuhan tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna, dan akhirnya menjadi fosil tumbuhan yang membentuk sedimen organik.




      Teori Drift : Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan yang bukan di tempat dimana batubara tersebut terbentuk. Batubara yang terbentuk sesuai dengan teori drift biasanya terjadi di delta-delta, mempunyai ciri-ciri lapisan batubara tipis, tidak menerus (splitting), banyak lapisannya (multiple seam), banyak pengotor (kandungan abu cenderung tinggi). Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).

      Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi bebas oksigen (anaerobik) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 - -[10 meter. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan unsur H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992).




      Tahap pembatubaraan (coalification) merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach, 1982, op cit Susilawati 1992). Pada tahap ini prosentase karbon akan meningkat, sedangkan prosentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, op cit Susilawati 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit.

      Ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembetukan batubara yaitu: umur, suhu dan tekanan.
      Mutu endapan batubara juga ditentukan oleh suhu, tekanan serta lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik. Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon (Carboniferous Period) dikenal sebagai zaman batubara pertama yang berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut/peat (C60H6O34) yang selanjutnya berubah menjadi batubara muda (lignite) atau disebut pula batubara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batubara dengan jenis maturitas organik rendah.

      Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan secara continue selama jutaan tahun, maka batubara muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batubara sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung sampai batubara menjadi lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
      Maturitas organik sebenarnya menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama pembentuk batubara, dalam proses pembatubaraan.

      Sementara itu semakin tinggi peringkat batubara, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen dan oksigen akan berkurang. Disebabkan tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau mutu batubara, batubara bermutu rendah yaitu batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.

      Dari tinjauan beberapa senyawa dan unsur yang terbentuk pada saat proses coalification (proses pembatubaraan), maka dapat dikenal beberapa jenis batubara yaitu:

      1. Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.


       Antrasit (C94OH3O3) dengan ciri :
      • Warna hitam mengkilat
      • Material terkompaksi dengan kuat
      • Mempunyai kandungan air rendah
      • Mempunyai kandungan karbon padat tinggi
      • Mempunyai kandungan karbon terbang rendah

      2. Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari beratnya.

      3. Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.


      Subbituminous (C75OH5O20) - Bituminous (C80OH5O15) dengan ciri :
      • Warna hitam
      • Material sudah terkompaksi
      • Mempunyai kandungan air sedang
      • Mempunyai kandungan karbon padat sedang
      • Mempunyai kandungan karbon terbang sedang
      • Sifat oksidasi rnenengah
      • Nilai panas yang dihasilkan sedang.

      4. Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air 35-75% dari beratnya.


      Lignit/ brown coa, (C70OH5O25 ) dengan ciri :
      • Warna kecoklatan
      • Material terkornpaksi namun sangat rapuh
      • Mempunyai kandungan air yang tinggi
      • Mempunyai kandungan karbon padat rendah
      • Mempunyai kandungan karbon terbang tinggi
      • Mudah teroksidasi
      • Nilai panas yang dihasilkan rendah.
      5. Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling rendah.



      Peat/ gambut, (C60H6O34) dengan sifat :
      • Warna coklat
      • Material belum terkompaksi
      • Mernpunyai kandungan air yang sangat tinggi
      • Mempunvai kandungan karbon padat sangat rendah
      • Mempunyal kandungan karbon terbang sangat tinggi
      • Sangat mudah teroksidasi
      • Nilai panas yang dihasilkan amat rendah.
      • Relatif sulit teroksidasi · Nilai panas yang dihasilkan tinggi.